InteraksiBelajar Mengajar. SAPERIAH NIM A1B110243. Kelompok tiga telah memaparkan jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis. Yang saya tanyakan adalah pada poin c, yakni motif objektif. Di sana dijelaskan bahwa motif objektif itu menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan menipulasi, untuk menaruh Sunday, February 13, 2022 Edit Apa itu Kurikulum Merdeka Belajar? - Bagi teman-teman yang ingin mengetahui tentang seluk beluk Kurikulum Merdeka Belajar, menyediakan Buku Saku Tanya Jawab tentang Merdeka Apakah yang dimaksud dengan Kurikulum Merdeka?Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata Mengapa Kurikulum Merdeka dijadikan opsi? Mengapa tidak langsung ditetapkan untuk semua sekolah?Perubahan kerangka kurikulum tentu menuntut adaptasi oleh semua elemen sistem pendidikan. Proses tersebut membutuhkan pengelolaan yang cermat sehingga menghasilkan dampak yang kita inginkan, yaitu perbaikan kualitas pembelajaran dan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, Kemendikbudristek memberikan opsi kurikulum sebagai salah satu upaya manajemen kurikulum secara nasional baru akan terjadi pada 2024. Ketika itu, Kurikulum Merdeka sudah melalui iterasi perbaikan selama 3 tahun di beragam sekolah/madrasah dan daerah. Pada tahun 2024 akan ada cukup banyak sekolah/madrasah di tiap daerah yang sudah mempelajari Kurikulum Merdeka dan nantinya bisa menjadi mitra belajar bagi sekolah/madrasah bertahap ini memberi waktu bagi guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan untuk belajar. Proses belajar para aktor kunci ini penting karena proses belajar ini menjadi fondasi transformasi pendidikan yang kita Apa kriteria sekolah yang boleh menerapkan Kurikulum Merdeka?Kriterianya ada satu, yaitu berminat menerapkan Kurikulum Merdeka untuk memperbaiki pembelajaran. Kepala sekolah/madrasah yang ingin menerapkan Kurikulum Merdeka akan diminta untuk mempelajari materi yang disiapkan oleh Kemendikbudristek tentang konsep Kurikulum jika setelah mempelajari materi tersebut sekolah memutuskan untuk mencoba menerapkannya, mereka akan diminta untuk mengisi formulir pendaftaran dan sebuah survei singkat. Jadi, prosesnya adalah pendaftaran dan pendataan, bukan Bagaimana bentuk struktur kurikulum dengan penerapan Kurikulum Merdeka?Kurikulum terdiri dari kegiatan intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler. Alokasi jam pelajaran pada struktur kurikulum dituliskan secara total dalam satu tahun dan dilengkapi dengan saran alokasi jam pelajaran jika disampaikan secara reguler/mingguan. Selain itu, terdapat penyesuaian dalam pengaturan mata pelajaran yang secara terperinci dijelaskan dalam daftar tanya jawab per Apakah ada perubahan jam pelajaran dengan diterapkannya Kurikulum Merdeka?Tidak ada perubahan total jam pelajaran, hanya saja JP jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan untuk 2 kegiatan pembelajaran 1 pembelajaran intrakurikuler dan 2 projek penguatan profil pelajar Pancasila. Jadi, jika dihitung JP kegiatan belajar rutin di kelas intrakurikuler saja, memang seolah-olah JP-nya berkurang dibandingkan dengan Kurikulum 2013. Namun, selisih jam pelajaran tersebut dialokasikan untuk projek penguatan profil Pelajar Apakah perubahan struktur kurikulum ini berdampak pada jam mengajar guru?Tidak berpengaruh, projek tetap dihitung sebagai beban mengajar Bagaimana dengan muatan lokal, apakah masih tetap diberikan kewenangan daerah?Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat menambahkan muatan tambahan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik. Satuan pendidikan dan/atau daerah dapat mengelola kurikulum muatan lokal secara Apakah karakteristik utama Kurikulum Merdeka di satuan PAUD?Karakteristik utama Kurikulum Merdeka di satuan PAUD di antaranya adalah sebagai berikutmenguatkan kegiatan bermain yang bermakna sebagai proses belajarmenguatkan relevansi PAUD sebagai fase fondasi bagian penting dari pengembangan karakter dan kemampuan anak serta kesiapan anak bersekolah di jenjang selanjutnyamenguatkan kecintaan pada dunia literasi dan numerasi sejak diniadanya projek penguatan profil pelajar Pancasilaproses pembelajaran dan asesmen yang lebih fleksibelhasil asesmen digunakan sebagai pijakan guru untuk merancang kegiatan bermain dan pijakan orang tua dalam mengajak anak bermain di rumahmenguatkan peran orang tua sebagai mitra satuan9. Mengapa pelajaran IPA dan IPS dijadikan satu pada jenjang SD?Mata pelajaran IPA dan IPS digabungkan menjadi satu pada jenjang SD karena anak usia SD cenderung melihat segala sesuatu secara utuh dan terpadu. Selain itu, mereka masih dalam tahap berpikir konkret/sederhana, holistik, dan komprehensif, namun tidak detail. Penggabungan pelajaran IPA dan IPS ini diharapkan dapat memicu anak untuk dapat mengelola lingkungan alam dan sosial dalam satu Apakah pendekatan tematik masih digunakan?Ya, pendekatan tematik tetap digunakan, namun tidak menjadi suatu kewajiban. Satuan pendidikan boleh menggunakan pendekatan lainnya sesuai dengan kondisi dan lebih lengkapnya, silahkan Unduh Buku Saku Tanya Jawab Tentang Kurikulum Merdeka Belajar pada tautan berikut Demikian informasi tentang 110 Tanya Jawab Tentang Kurikulum Merdeka Belajar yang bisa bagikan, semoga ada manfaat didalamnya dan terima kasih. KemudianAl Quran surat Al Alaq ayat 1-5 turun sebagai wahyu pertama, dalam surat tersebut Allah memerintahkan Nabi Muhammad membaca. Dengan adanya kejadian tersebut berarti manusia diwajibkan belajar membaca, tidak hanya itu manusia juga di perintahkan menulis apa yang telah di baca ataupun di pelajarinya tersebut.

Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 090038 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d81dcf40ff4b76a • Your IP • Performance & security by Cloudflare

meningkatkanhasil belajar tentang hak dan kewajiban terhadap mahluk hidup. pada siswa kelas IV Semester I SDN Sutopati 5 tahun ajaran 2020/2021. 2. Bagaimana peningkatan implemetasi problem based learning berbantuan media power point dapat meningkatkan hasil belajar tentang hak dan kewajiban terhadap mahluk Kewajiban belajar mengajar Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah tafsir tarbawi Dosen Pengampu syarif hidayat, Disusun oleh kelompok I Ali fathurrohman Herwin juweri Eva susanti Ida laila Irma ratna sari PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS-SHIDDIQIYAH TAHUN 2019 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Kemajuan peradaban manusia dewasa ini tak bisa dilepaskan dari kemajuan ilmu pengetahuan yang menjadi warisan terbesar dari proses pendidikan yang terjadi. Proses pendidikan itu dapat dikatakan berlangsung dalam semua lingkungan pengalaman hidup manusia mulai dari lingkup terkecil seperti keluarga, sekolah sampai kepada masyarakat luas. Hal ini berlangsung dalam semua tahapan perkembangan seseorang sepanjang hayatnya yang dikenal dengan istilah longlife education. Dalam Islam pendidikan tidak dilaksanakan hanya dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia min al-mahd ila> al-lahd. Islam juga memotivasi pemeluknya untuk selalu membaca, menelaah dan meneliti segala sesuatu yang menjadi fenomena dan gejala yang terjadi di jagad alam raya ini dalam rangka meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Dalam pandangan Islam tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi yang sama dalam menuntut ilmu pendidikan. Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrowi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi juga. Karena manusia dapat mencapai kebahagiaan hari kelak dengan melalui jalan kehidupan dunia ini. Berbicara tentang pendidikan tidak bisa dilepaskan dari pembahasan tentang kegiatan belajar mengajar yang merupakan bagian tak terpisahkan dari dunia pendidikan itu sendiri. Belajar mengajar memiliki peran yang sangat penting karena tanpa itu proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan moderen sulit untuk diwujudkan. Maka pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang kewajiban belajar mengajar dalam Al-alaq ayat 1-5, Al-Ghasiyah ayat 17-20, At-taubah ayat 122, Ali-Imran ayat 191 Dan Al-Ankabut ayat 19-20. BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN BELAJAR MENGAJAR Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk belajar, karena “belajar” telah dimulainya bahkan sebelum berbentuk sebagai manusia yaitu ketika masih berbentuk spermatozoa yang belajar berusaha untuk mempertahankan eksistensinya ditengah 200-600 juta spermatozoa lainnya yang berjuang untuk survive menembus ovum untuk kemudian menjadi cikal bakal manusia yang mendiami rahim. Banyak diantaranya yang gugur ditengah jalan dan uniknya hanya satu atau dua sperma yang berhasil finish mencapai ovum dan terjadi konsepsi, sementara yang lain mati dan menjadi nutrisi bagi ovum yang telah dibuahi. Secara sederhana, belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan kepandaian, keterampilan. Belajar adalah sesuatu yang menarik karena sebagai makhluk individu dan makhluk sosial manusia selalu berusaha mengetahui sesuatu yang berada dalam lingkungannya untuk menunjukkan eksistensi kemanusiaannya. Sedangkan mengajar adalah memberikan serta menjelaskan kepada orang tentang suatu ilmu; memberi pelajaran. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang dikerjakan dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, sedangkan dalam proses itu sendiri ada sipelajar yang menerima ilmu dan ada guru yang memberikan pelajaran. Maka berbicara tentang belajar mengajar, tidak bisa dilepaskan dari ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai objek dari kegiatan ini. Sejak awal kehadirannya, islam telah memberikan perhatian yang amat besar terhadap kegiatan belajar dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini antara lain dapat dilihat pada apa yang ditegaskan dalam al-Qur’an, dan pada yang secara empiris dapat dilihat dalam sejarah. Yang dimakud dengan belajar mengajar pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya disini adalah pendidikan yang bukan hanya berarti formal seperti disekolah, tetapi juga yang informal dan nonformal. Yaitu pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian, kepada siapa saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada, menggunakan sarana apa saja, dengan cara-cara apa saja, sepanjang hayat manusia itu. Kewajiban Belajar dalam Al-Qur’an Tafsir QS. Al Alaq 1 – 5 اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ 1 خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ 2 اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ 3 الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ 4 عَلَّمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 5 Artinya “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan 1 Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 2 Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 3 Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam 4 Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya 5 QS Al Alaq 1-5” Tafsir Ayat Disebutkan dalam hadits-hadits sahih bahwa Nabi Muhammad saw. Mendatangi gua hira’ untuk tujuan beribadah beberapa hari, beliau kembali kepada istrinya Siti Khadijah untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari didalam gua, beliau dikejutkan oleh mlaikat pembawa wahyu ilahi. Malaikat berkata kepadanya, “Bacalah!” beliau menjawab “saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga Nabi kepayahan dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya, “Bacalah!” kemudian Nabi menjawab dengan jawaban yang sama. Yang ketika barulah nabi mengucapkan apa yang diucapkan oleh malaikat yaitu surah al Alaq 1-5. Kemudian Nabi kembali kerumah Khadijah dengan keadaan gemetar seraya mengatakan “slimutilah aku, Slimutilah aku”. Khadijah menyelimuti beliau hingga rasa takutnya hilang, lalu beliau berkata “Aku merasa khawatir terhadap diriku”. Khadijah menjawab”Jangan, gembiralah! Demi Allah, Sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan silaturrahmi, benar dalam berkata, menanggung beban, gemar menyuguhi tamu dan gemar menolong orng yang tertimpa bencana. Kemudian Khadijah mengajak Nabi untuk menemui Waraqh ibnu Naufal ibnu Abdill-Uzzaanak paman Khadijah dan menceritakannya. Munasabah dengan surah sebelumnya At-Tin menurut tertib usmani, pada surah sebelumnya Allah menjelaskan proses kejadian yang bentuk paling baik. Pada surah ini Allah menjelaskan asal kejadian manusia yang diciptakan dari segumpal darah. Hanya saja dalam surah ini dijelaskan tentang keadaan hari kiamat yang merupakan penjelasan bagi surah yang lalu. Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan mahluk mampu membuatmu membaca, sekalipun engkau tidak pernah belajar membaca sebelumnya. Allah menciptakan manusia dari segumpak darah, kemudian membekalinya dengan kemampuan berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh mahluk bumi, perintah membaca diulang-ulang, sebab membaca tidak bisa meresap kedalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Dengan demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaanya dengan pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu. Seolah-olah ayat-ayat ini mengatakan, “Renungkanlah wahai manusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling rendah dan hina, kepada tingkatan yang paling mulia. Demikian itu tentu ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuasaan yang menciptakan kesemuanya dengan baik. Surat Al-Alaq tema utamanya adalah pengajaran kepada Nabi Muhammad SAW. serta penjelasan tentang Allah dalam sifat dan perbuatan-Nya, dan bahwa Dia adalah sumber ilmu pengetahuan. Menurut Al-Baiqa’i tujuan utamanya adalah perintah kepada manusia untuk menyembah Allah SWT. sang pencipta Yang Maha Kuasa, sebagai tanda syukur kepada-Nya. Kandungan ayat ini adalah mengingatkan beliau tentang kebersamaan Allah yang tujuannya adalah agar beliau tidak ragu atau berkecil hati dalam menyampaikan risalah sesuai dengan apa yang di perintahkan-Nya, pada akhir surat Ad-dhuha.[6] Kata iqra’ terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan dan sebagainya. Dan akarena objeknya bersifat umum, objek kata tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, baik itu merupakan bacaan suci yang bersumbar dari Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat tertulis maupun yang tidak tertulis. Perintah iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis maupun tidak. Huruf ب ba’ pada kata bismi juga yang memahami sebagai fungsi pernyataan atau mulabasah sehingga dengan demikian ayat tersebut berarti “bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. Kesimpulannya Bahwa mereka berada diantara dua keadaan yang kedua-keduanya buruk, memuat kehancuran dan menjerumuskan ke neraka. Yaitu, mereka tidak memikirkan lagi dan tidak memperhatikan, bahkan mereka telah tidak punya lagi, sehingga tidak dapat memahami sesuatu pun. Al-Ghasiyah ayat 17-20 أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ 17 وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ 18 وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ 19 وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ 20 Artinya “17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,? 18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam bentuk istifham bertanya yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya mereka akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba rapi dan bijaksana. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hambanya untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. “Dan langit bagaimana ia ditinggikan?” yaitu Allah meninggikan langit dari bumi ini merupakan peninggian yang sangat agung. “Dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan?” yaitu menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas, ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan, tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau menundukkannya, ia akan melihat bumi terhampar. At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Tafsir Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Menurut riwayat Al Kalabi dari Ibnu Abbas, bahwa beliau mengatakan, “Setelah Allah mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rasul dalam peperangan, maka tidak seorang pun diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal itu benar-benar mereka lakukan, sehingga tinggallah Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam sendirian”, maka turunlah wahyu, “وما كان المؤمنون” وما كان المؤمنون لينفروا كآفة… Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardhu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain, yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukmin menuju medan perang. Al Maraghi, 198784-85 Menurut Al-Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan kepada mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang beriman. bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. Kesimpulannya Bahwa mereka berada diantara dua keadaan yang kedua-keduanya buruk, memuat kehancuran dan menjerumuskan ke neraka. Yaitu, mereka tidak memikirkan lagi dan tidak memperhatikan, bahkan mereka telah tidak punya lagi, sehingga tidak dapat memahami sesuatu pun. Al-Ghasiyah ayat 17-20 أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ 17 وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ 18 وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ 19 وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ 20 Artinya “17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,? 18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam bentuk istifham bertanya yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya mereka akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba rapi dan bijaksana. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hambanya untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. “Dan langit bagaimana ia ditinggikan?” yaitu Allah meninggikan langit dari bumi ini merupakan peninggian yang sangat agung. “Dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan?” yaitu menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas, ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan, tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau menundukkannya, ia akan melihat bumi terhampar. At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Tafsir Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Menurut riwayat Al Kalabi dari Ibnu Abbas, bahwa beliau mengatakan, “Setelah Allah mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rasul dalam peperangan, maka tidak seorang pun diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal itu benar-benar mereka lakukan, sehingga tinggallah Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam sendirian”, maka turunlah wahyu, “وما كان المؤمنون” وما كان المؤمنون لينفروا كآفة… Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardhu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain, yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukmin menuju medan perang. Al Maraghi, 198784-85 Menurut Al-Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan kepada mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang beriman. bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. Kesimpulannya Bahwa mereka berada diantara dua keadaan yang kedua-keduanya buruk, memuat kehancuran dan menjerumuskan ke neraka. Yaitu, mereka tidak memikirkan lagi dan tidak memperhatikan, bahkan mereka telah tidak punya lagi, sehingga tidak dapat memahami sesuatu pun. Al-Ghasiyah ayat 17-20 أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ 17 وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ 18 وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ 19 وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ 20 Artinya “17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,? 18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam bentuk istifham bertanya yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya mereka akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba rapi dan bijaksana. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hambanya untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. “Dan langit bagaimana ia ditinggikan?” yaitu Allah meninggikan langit dari bumi ini merupakan peninggian yang sangat agung. “Dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan?” yaitu menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas, ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan, tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau menundukkannya, ia akan melihat bumi terhampar. At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Tafsir Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Menurut riwayat Al Kalabi dari Ibnu Abbas, bahwa beliau mengatakan, “Setelah Allah mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rasul dalam peperangan, maka tidak seorang pun diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal itu benar-benar mereka lakukan, sehingga tinggallah Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam sendirian”, maka turunlah wahyu, “وما كان المؤمنون” وما كان المؤمنون لينفروا كآفة… Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardhu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain, yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukmin menuju medan perang. Al Maraghi, 198784-85 Menurut Al-Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan kepada mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang beriman. Ali-Imran ayat 191 الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Artinya 191. yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. TAFSIR Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam pemahamannya dan berpikir tajam Ulul Albab, yaitu orang yang berakal, orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah, hidayah, dan menggambarkan keagungan Allah. Ia selalu mengingat Allah berdzikir di setiap waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri, duduk atau berbaring. Jadi dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu orang-orang baik lelaki maupun perempuan yang terus menerus mengingat Allah dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah, sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam. Ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat dipahami sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn Abbas, تفكرافى اخلق ولاتتفكروافى اخا لق “Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah jangan sekali-kali kamu memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat Penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu tidak akan sampai dan tidak akan dapat mencapai hakikat Zat Nya.” Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir mengatakan "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan makhluk ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya dengan sia-sia, tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan tujuan yang tertentu yang akan membahagiakan kami di dunia dan di akhirat, sebagaimana disebar luaskan oleh sementara orang-orang yang ingin melihat dan menyaksikan akidah dan tauhid kaum muslimin runtuh dan hancur. Maha Suci Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan bukan yang ditujukan kepada Engkau. Karenanya, maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah disediakan bagi orang-rang yang tidak beriman. Ucapan ini adalah lanjutan perasaan sesudah dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri. Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya bertambah pula dia mengingat Allah. Sebagai tanda pengakuan atas kelemahan diri itu, dihadapan kebesaran Tuhan. Pada ujung ayat ini “Maha suci Engkau ! maka peliharalah kiranya kami dari azab neraka” kita memohon ampun kepada Tuhan dan memohon agar dihindarkan dari siksa neraka dengan upaya dan kekuatan-Mu serta mudahkanlah kami dalam melakukan amal yang diridhai Engkau juga lindungilah kami dari azab-Mu yang pedih. Al-Ankabut ayat 19-20. أَوَ لَمۡ يَرَوۡاْ كَيۡفَ يُبۡدِئُ ٱللَّهُ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥٓۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ١٩ قُلۡ سِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ بَدَأَ ٱلۡخَلۡقَۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأٓخِرَةَۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٠ Artinya “19. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya, kemudian mengulanginya kembali. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 20. Katakanlah "Berjalanlah di muka bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi[1147]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Tafsir Dalam tafsir pada surat Al-Ankabut ayat 19 adalah Sebenarnya menciptakan pertama kali, sama saja bagi Allah dengan menghidupkan kembali. Keduanya adalah memberi wujud terhadap sesuatu, kalau pada penciptaan pertama yang wujud belum pernah ada, dan ternyata dapat wujud maka penciptaan kedua juga memberi wujud dan ini dalam logika manusia tertentu lebih mudah serta lebih logis daripada penciptaan pertama itu. Dikali pertama Allah mampu menciptakan manusia tanpa contoh terlebih dahulu. Maka kini setelah kalian menjadi tulang atau bahkan natu atau besi pun Allah akan mampu. Bukankah menurut logika kalian lebih mudah menciptakan sesuatu yang telah ada bahannya dan ada juga pengalaman melakukannya, daripada menciptakan pertama kali dan tanpa contoh terlebih dahulu. Kemudian tafsir surat Al-Ankabut ayat 20 adalah pengarahan Allah swt untuk melakukan riset tentang asal-usul kehidupan lalu kemudian menjadikannya bukti ketika mengetahuinya tentang keniscayaan kehidupan akhirat. Dalam Al-Qur’an surat ini memberi arahan-arahannya sesuai dengan kehidupan manusia dalam berbagai generasi, serta tingkat, konteks, dan sarana yang meraka miliki. Masing-masing menerapkan sesuai dengan kondisi kehidupan dan kemampuannya dan dalam saat yang sama terbuka peluang bagi peningkatan guna kemaslahatan hidup manusia dan perkembangannya tanpa henti. D. Kewajiban Mengajar Dalam Al Quran Asy Syu’ara 26 214 proses belajar mengajar الْأَقْرَبِينَ عَشِيرَتَكَ وَأَنْذِرْ Artinya ` Dan berilah peringatan kepada kerabat kerabatmu yang terdekat`` Menjelaskan bahwa menurut ibnu asyur, ayat ini tertuju kepada nabi Muhammad Saw. Kata `asyirah berarti anggota suku yang terdekat. Ia terambil dari kata aasyaro yang berarti saling bergaul karena anggota suku yang terdekat atau keluarga adalah orang yang sehari hari saling bergaul. Sedangkan kata al aqrabiin yang menyifati kata `asyirah merupakan penekanan sekaligus guna mengambil hati mereka sebagai orang-orang dekat dari mereka yang dekat. Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasulullah saw dan umatnya agar tidak mengenal pilih kasih atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan. Ini berarti nabi saw dan keluarga beliau tidak kebal hukum juga tidak lepas dari kewajiban. Mereka tidak memiliki hak berlebih atas dasar kekerabatan kepada rasulullah saw, karena semua adalah hamba allah swt tidak ada perbedaan antara keluarga atau orang lain. Bila ada kelebihan yang berhak mereka peroleh, itu disebabkan keberhasilan mereka mendekat kepada allah swt dan menghiasi diri dengan ilmu serta akhlak yang mulia. Asbabunnuzul ayat Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun ayat الْأَقْرَبِينَ عَشِيرَتَكَ وَأَنْذِرْ rosulullah saw memulai dakwahnya kepada keluarga serumahnya, kemudian keluarga yang terdekat. Hal ini menyinggung perasaan kaum muslimin merasa terabaikan sehingga allah menurunkan ayat selanjutnya 215 sebagai perintah untuk juga memperhatikan kaum mu’minin lainnya. Hal ini diriwayatkan oleh ibnu jarir yang bersumber dari ibnu juraij. Al Imran 104 الْمُفْلِحُونَ هُمُ وَأُولَئِكَ الْمُنْكَرِ عَنِ وَيَنْهَوْنَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَأْمُرُونَ الْخَيْرِ إِلَى يَدْعُونَ أُمَّةٌ مِنْكُمْ وَلْتَكُنْ Artinya `Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat manusia yang mengajak kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang orang yang beruntung` Kata مِنْكُمْ pada ayat tersebut, ada ulama yang memahami dengan arti sebagian, dengan demikian perintah berdakwah yang dipesankan olah ayat tidak tertuju pada setiap orang. Ada pula ulama yang memfungsikan kata مِنْكُمْ dalam arti penjelasan, sehingga ayata ini merupakan perintah kepada setiap orang muslim untuk mellakukan tugas dakwah, sesuai dengan kemampuannya. Karena itu, lebih tepat memahami kata مِنْكُمْ pada ayat diatas dalam arti sebagian kamu tanpa menutup kewajiban setiap muslim untuk saling ingat mengingatkan. Berdasarkan firman Allah surat al-Asyr yang menilai semua manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal soleh serta saling ingat mengingatkan tentang kebenaran dan ketabahan. Dalam ayat tersebut terdapat dua kata yang berbeda dalam rangka perintah dakwah. Pertama يَدْعُونَ yakni mengajak dan yang kedua ya’muruna yakni memerintahkan. Apa yang diperintahkan oleh ayat tersebut berkaitan dengan dua hal , mengajak berkaitan dengan al-khoir sedangkan memerintahkan berkaitan dengan perintah melakukan yang berkaitan dengan al-makruf, sedangkan perintah untuk tidak melakukan yakni melarang dikaitkan dengan al-munkar Shihab 208 2002 menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang bahkan kemampuannya mengamalkan sesuatu akan berkurang, bahkan terlupakan dan hilang, jika tidak ada yang mengingatkannya atau tidak diulang ulangi mengerjakannya. Di sisi lain, pengetahuan dan pengamalan saling berkaitan erat, pengetahuan mendorong kepada pengalaman dan meningkatkan kualitas amal sedang pengamalan yang terlihat dalam kenyataan hidup merupakan guru yang mengajar individu dan masyarakat sehingga mereka pun belajar mengamalkannya. Kalau demikian itu halnya, manusia dan masyarakat perlu selalu diingatkan dan diberi keteladanan. Inilah inti dakwah islamiyah. Dari sini lahir tuntutan ayat ini dan dari sini pula terlihat dengan tuntutan yang lalu. Kalaulah tidak semua anggota masyarakat dapat melaksanakan fungsi dakwah, hendaklah ada diantara kamu, wahai orang yang beriman segolongan ummat, yakni kelompok yang pandangan mengarah kepadanya untuk diteladani dan didengar nasihatnya yang mangajak kepada orang lain, secara terus menerus tanpa bosan dan lelah kepada kebajikan, yakni petunjuk petunjuk Illahi, menyuruh masyarakat kepada yang makruf yakni nilai nilai luhur serta adat istiadat yang diakui baik oleh masyarakat mereka selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai Illahiyah, dan mencegah mereka dari yang munkar, yakni yang dinilai buruk lagi diingkari oleh akal sehat masyarakat. Mereka mengindahkan tuntunan ini dan sungguh tinggi lagi jauh martabat kedudukannya itulah orang orang yang beruntung, mendapatkan apa yang mereka dambakan di kehidupan dunia dan akhirat. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut. Sedangkan pengertian mengajar lebih identik kepada proses mengarahkan seseorang agar lebih baik. Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia. Dalam pandangan Islam dalam kewajiban untuk menuntut ilmu pendidikan, Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan akhirat saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan dunia juga. Ilmu pengetahuan itu memudahkan orang menuju surga. Hal itu dikarenakan seseorang mengetahui akidah yang benar, cara-cara beribadah dengan benar, dan bentuk-bentuk akhlak yang mulia. Selain itu, orang berilmu mengetahui pula hal-hal yang dapat merusak akidah tauhid, perkara-perkara yang merusak pahala ibadah, dan memahami pula sifat dan akhlak-akhlak jelek yang perlu dihindarinya. Semuanya itu akan membawanya ke surga di akhirat, bahkan kesejahteraan di dunia ini. Al-alaq ayat 1-5, kewajiban untuk membaca Dan mengkaji ilmu. Muhammad 24 Al-Ghasiyah ayat 17-20, kewajiban untuk mengkaji keagungan Allah SWT. At-taubah ayat 122, kewajiban memperdalam Dan menyebarkan ilmu yang bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang. Ali-Imran ayat 191, kewajiban untuk dzikir dan pikir, tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri. Al-Ankabut ayat 19-20. Kewajiban untuk melakukan perjalanan Dan observasi lapangan guna mendapatkan bukti-bukti yang mendukung pembelajaran. B. SARAN Tentunya penulis menyadari bahwa apa yang ada dalam makalah ini masih sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penyusun berharap kepada para pembaca dan penyimak makalah ini untuk bersedia memberikan kritik ataupun saran yang sifatnya konstruktif untuk kemudian bisa lebih memperbaiki lagi dalam penysunan makalah serupa yang akan datang. Didalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

Penelitian ini bertujuan mengkaji tentang belajar yang terkandung dalam al-Qur’an Surat al-Alaq Ayat 1-5, karena ayat-ayat ini sarat dengan informasi betapa pentingnya belajar tersebut. Di samping itu, dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang dasar-dasar belajar dalam arti menggali ilmu pengetahuan dan mengembangkannya demi kesejahteraan dan keutamaan manusia dalam hidupnya. Sumber data yang penulis gunakan adalah al-Qur'an surat al-'Alaq ayat 1-5 dan ayat-ayat lain tentang belajar serta tafsirnya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui studi kepustakaan. Sedangkan analisis datanya menggunakan metode tahlily, yang menurut Baqir al-Shadr sebagai metode tajzi'iy, dan metode analisis isi Contents analysis yaitu suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi karakteristik-karakteristik khusus suatu pesan secara subjektif dan sistematis. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa belajar dalam surat al-'Alaq ayat 1-5 adalah perintah Allah yang paling utama kepada umat Islam dengan melalui kata Iqra bacalah, membaca di sini tidak berarti hanya membaca sebuah teks saja, melainkan membaca alam, situasi dan kondisi di sekitar kita. Surat al-'Alaq lebih menggunakan kata iqra' dan qalam, keduanya sangat penting perannya dalam proses belajar dan/atau menggali ilmu pengetahuan. Kata Kunci Belajar; al-Qur’an; Surat al-Alaq Ayat 1-5;

Hukum yaitu pada tahun 1882. Berikut adalah beberapa pendapat tentang Sosiologi Hukum : 1. Soerjono Soekanto Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris menganalisis atau mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya. 2. Satjipto Rahardjo
Tuntunan agama Islam pada khususnya, sejak awal penyebarannya di dunia ini telah mengajak dan mendorong umat manusia agar bekerja keras mencari kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagian di akhirat, Antara etos kerja untuk duniawi dan ukhrawi tidak boleh di pisahkan, melainkan menjadi etos kerja yang terintegrasikan satu sama lain dan saling berkaitan secara kontinyu, termasuk etos ilmiah mendorong ke arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta sumber motivasi dari al-Qur’an. Berfikir tentang fenomena ciptataan Allah swt. dan Pendidikan Islam tugas pokoknya menelaah dan menganalisa serta mengembangkan pemikiran, informasi, dan fakta-fakta kependidikan dibangun dengan nilai- nilai ajaran Islam. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Education and Learning Journal ISSN xxxx - xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92 82 Petunjuk Al-Qur’an Tentang Belajar Dan Pembelajaran Pembahasan Materi, Metode, media dan teknologi pembelajaran Ahmad Wakka Dosen Tetap Universitas Muslim Indonesia ahmadwakka1010 Abstrak Tuntunan agama Islam pada khususnya, sejak awal penyebarannya di dunia ini telah mengajak dan mendorong umat manusia agar bekerja keras mencari kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagian di akhirat, Antara etos kerja untuk duniawi dan ukhrawi tidak boleh di pisahkan, melainkan menjadi etos kerja yang terintegrasikan satu sama lain dan saling berkaitan secara kontinyu, termasuk etos ilmiah mendorong ke arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta sumber motivasi dari al-Qur’an. Berfikir tentang fenomena ciptataan Allah swt. dan Pendidikan Islam tugas pokoknya menelaah dan menganalisa serta mengembangkan pemikiran, informasi, dan fakta-fakta kependidikan dibangun dengan nilai- nilai ajaran Islam. Kata Kunci Petunjuk al-Qur’an; Belajar; Pembelajaran; Metode Pembelajaran; Media Pembelajaran; Teknologi Pembelajaran. 1. Pendahuluan Al-Qur’an berisi petunjuk setiap umat manusia, baik dalam rangka perumusan sistem-sistem sosial, pendidikan dan kemasyarakatan maupun dalam mengantisipasi dampak negatif dari suatu sistem, senantiasa membuka diri dalam melakukan dialog kultural. Al-Qur’an menjelaskan hal tersebut dalam QS. Muhammad ayat 24, manusia senantiasa dihadapkan dengan tantangan moral serta memperhatikan isi al-Qur’an dengan benar, maka hati mereka terkunci karena menolak memperhatikan Al-Qur’an. Kemajuan ilmu pengetahuan, Pendidikan tentang agama dan pengajaran di kedua sisi sudah tidak asing bagi kedua belah pihak. Agama mengakui bahwa ada daerah di luar wilayahnya yang dapat ditransfer ke ilmu pengetahuan untuk mempelajari dan mendiskusikan masalahnya, dan kemudian menyadari bahwa informasi yang dihasilkannya dapat berperan dalam agama untuk memperkuat keyakinannya. Al-Qur’an di samping sebagai  hudan juga sebagai  bayanmengenai hudan itu. Hal ini bahwa al-Qur’an itu menjelaskan dirinya sendiri dengan ayat-ayat tersebut satu sama lain saling menjelaskan walaupun sering kali penjelasannya terdapat pada surah-surah dan ayat-ayat lain. Hipotesis ini menimbulkan metode tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an, atau penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’ muslimin berkeyakinan al-Quran sebagai wahyu dari Allah swt. Ini adalah petunjuk dan berkah bagi semua alam. Al-Quran tidak akan mengalami perubahan. Pertanyaannya adalah apakah umat Islam tidak mengalami ketinggalan zaman paling awam, jumud dan konservatif di dunia.? Al-Qur’an tidak akan pernah mengalami perubahan atau mengalami revisi. Wahyu Allah swt. akan berlaku sepanjang zaman, Karena seluruh isi Al Qur'an adalah mungkin. Nilai-nilai dalam Al-Qur'an berlaku selamanya, seperti keadilan, amanah, kejujuran, kesabaran, dan sebagainya. Proses belajar dan pembelajaran suatu keharusan bagi manusia dalam kehidupan. Berbagai fenomena yang terjadi di alam semesta akan muncul ketika ini dilakukan dengan belajar. Tentu saja, belajar dalam pengertian ini sangat luas, membaca fenomena alam dan realitas sosial akan memiliki efek positif dengan munculnya berbagai penemuan dalam bentuk ilmu-ilmu seperti ilmu sosial, ilmu Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, Cet. II., Jakarta Paramadina, 2002, h. 17 Education and Learning Journal ISSN xxxx - xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92 83 alam, humaniora, ilmu kesehatan, psikologi, dll. Semuanya adalah hasil dari kegiatan belajar dan belajar manusia. Semakin banyak orang menyadari bahwa mereka sedang belajar, semakin mereka akan tahu. Potensi dalam diri manusia jika dikembangkan dengan belajar akan melahirkan peradaban besar bagi kemaslahatan bagi manusia itu sendiri. Belajar dan pembelajaran jauh sebelumnya sudah berjalan pada zaman Rasulullah saw., Proses pendidikan Islam berjalan seiring dengan usaha Rasulullah saw. dalam mengembangkan agama. Olehnya itu, pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan pokok bagi setiap muslim dan pada prinsipnya kajian atas konsep Pendidikan Islam akan membawa pada konsep syariat agama karena bagaimanapun agamalah menjadi akar pendidikan. Dari segi sifat dan coraknya, ilmu pendidikan Islam terbagi empat bagian. Pertama, ilmu pendidikan Islam bercorak normatif, yaitu Berdasarkan ajaran yang disebutkan dalam Alquran dan hadis. Kedua, pendidikan filosofis dalam pendidikan, yaitu studi yang didasarkan pada pemikiran mendalam oleh para sarjana Muslim. Ketiga, pendidikan Islam berdasarkan pada basis empiris, yaitu studi berdasarkan informasi yang dicatat dalam sejarah yang dapat ditelusuri kembali ke akarnya, dan keempat, pendidikan Islam yang diterapkan, yaitu studi yang didasarkan pada sistem dan bagaimana mereka sifat dan corak ilmu tersebut di atas sangat penting untuk dikaji secara bersamaan, cuman yang harus dijadikan fokus utama adalah sifat dan corak normatifnya yang bertumpu pada al-Qur’an dan al-Hadis, karena ia merupakan landasan utama dalam pendidikan Islam. Bila pendidikan tidak berlandaskan pada al-Qur’an dan al-Hadis, maka bukan pendidikan Islam namanya. Sebagai landasan pendidikan Islam, maka Alquran memiliki kedudukan sebagai qath’i al-dalālah. Sedangkan hadis, ada yang qath’i al-dalālahdan ada yang  Dhanni al-dalālah. Karena demikian halnya, maka yang harus dijadikan landasan utama dan pertama dalam Pendidikan Islam adalah al-Qur’an itu, dimana didalamnya ditemukan ayat-ayat yang berkenaan dengan pentingnya belajar dan pembelajaran serta al-Qur’an memuat metode untuk memudahkan umat manusia memahami ciptaan Allah swt. Ini tidak terjadi dalam konteks ini, karena di dalam Al-Quran yang harus Anda ketahui. Al-Qur'an tidak terbatas kembali masalah kegaman yang dogmatis saja tetapi juga masalah sosial, budaya, politik, ekonomi, serta masalah pendidikan. 2. Pembahasan Petunjuk al-Qur’an Materi belajar dan pembelajaran Istilah belajar adalah upaya mengubah perilaku dengan berbagai kegiatan, seperti membaca, mendengarkan, mengamati, meniru dan sebagainya. Atau dengan kata lain, belajar sebagai aktivitas psikofisik yang mengarah pada pengembangan pribadi yang lengkap. Yang dimaksud dengan belajar adalah upaya yang menguntungkan untuk mengambil tempat kegiatan pembelajaran dan melibatkan transfer pengetahuan dan pendidikan. Oleh karena itu, belajar dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya interaksi pendidikan memiliki norma. Istilah belajar dan pembelajaran dapat diartikan sebagai konsep ta’lim dalam Islam. Taklim berasal dari kata 'allama – yu'allimu – ta'līman. Istilah taklim pada umumnya berkonotasi dengan tarbiyyah, tadrīs dan ta'dīb, meskipun bila ditelusuri secara mendalam maka istilah tersebut akan terjadi perbedaan makna. Perintah untuk taklim sangat banyak dalil yang menerangkan, baik dari sumber Alquran maupun hadis Rasulullah saw. Al-Quran untuk pendidikan Islam menjadi sumber normatifnya, oleh karena itu konsep belajar dan pembelajaran akan ditemukan dalam topik Al-Qur'an itu sendiri. Berikut ini adalah ayat-ayat Lihat Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta Gema Insani Press, 1995, h. 116-117 Alquran dan hadis sebagai landasan pendidikan Islam, dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-maslahah, al-mursalah, istihsān, qiyās, dan sebagainya. Lihat Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. III; Jakarta Bumi Akrasa kerjasama dengan Depag, 1996, h. 19 Education and Learning Journal ISSN xxxx - xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92 84 dari Al-Qur'an yang terkait dengan instruksi Al-Qur'antentang pentingnya belajar dan pembelajaran di antara bahan-bahan pembelajaran seperti 1. QS. al-'Alaq 1-5 Tentang perintingnya materi belajar dan pembelajaran Firman Allah dalam QS. al-Alaq, 1-5       Trejemahnya Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak tersebut, mengisyaratkan perintah belajar dan pembelajaran. Rasulullah saw. juga bagi umatnya diperintahkan untuk belajar membaca. Yang dibaca itu obyeknya bermacam-macam, ada ayat-ayat yang tertulis   ayat al-Qur’āniyyah, dan ada pula pula ayat-ayat yang tidak tertulis ayat al-Kawniyyah. Hasil dari upaya belajar membaca ayat-ayat Al-Qur'an dapat menghasilkan pengetahuan agama, seperti serat, kesepian, moralitas, dan sebagainya. Meskipun mereka adalah hasil dari upaya membaca ayat-ayat al-Kawniyyah, mereka dapat menghasilkan ilmu seperti fisika, biologi, kimia, astronomi, dan sebagainya. Berbagai jenis pengetahuan yang muncul dari angka-angka ini tersedia melalui proses belajar dan membaca. Kata iqra’ atau perintah untuk dibaca dalam serangkaian ayat di atas, diulang dua kali, yaitu dalam ayat 1 dan 3. Menurut Quraish Shihab, perintah pertama dimaksudkan sebagai perintah untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui. sedangkan perintah kedua adalah mengajarkan pengetahuan kepada orang lain. Hal ini menunjukkan dalam proses belajar dan pembelajaran diperlukan upaya yang maksimal dari berfungsinya semua komponen dalam bentuk alat-alat potensial yang ada pada manusia. melalui pembelajaran, mandat berikutnya adalah mengajarkan pengetahuan itu, terus bekerja semua potensi ini. Rasulullah bersabda         Artinya “Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. HR. Bukhari dan Muslim Pentingnya belajar dan mengejar pengetahuan dijelaskan dengan sangat jelas dalam berbagai proposisi untuk mempelajari kedua ayat suci Al-Quran dan hadis Nabi. Tentu saja ini menjadikan posisi belajar dalam Islam sangat penting. Kenapa, nabi Muhammad. juga mendorong umatnya untuk terus belajar, terutama mengenai ilmu agama atau ilmu tauhid yang pada akhirnya akan membawa kita pada kebaikan. Tinjau esai belajar dalam Islam berikut 6 posisi belajar dalam Islam dan alasannya. 2. QS. al-Nahl 78 Proses tentang potensi pada diri manusia yang harus digunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran;     Terjemhahnya Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jakarta Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1992, h. 1079. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 413. Education and Learning Journal ISSN xxxx - xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92 85 Ayat di atas menunjukkan bahwa ada tiga potensi yang terlibat dalam proses pembelajaran al-Sam’u, al-Bashar, dan Fu’ad. Bahkan, kata al-sam’u berarti telinga untuk merekam suara, untuk memahami dialog, dan sebagainya. Penyebutan al-Sam’u dalam Al-Qur'an sering dikaitkan dengan penglihatan visual dan emosional, menunjukkan korelasi antara berbagai alat dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat secara jelas dalam QS. al-Isrā 36; QS. al-Mu’minūn 78; QS. al-Sajadah 9 dan QS. al-Mulk 23. Mengenai kata  al-bashar yang berarti mengetahui atau melihat sesuatu. diidentikkan pemaknaannya dengan term  ra’ā yakni “melihat”.Banyak ayat Alquran yang menyeru manusia untuk melihat dan merenungkan apa yang dilihatnya. Hal ini dapat ditemui misalnya dalam QS. al-A’rāf 185; QS. Yūnus 101; QS. al-Sajdah 27 dan selainnya. Sedangkan  fu’ād adalah nama lain dari kata qalbu. Al-fu’ād atau al-qalb merupakan pusat penalaran yang harus difungsikan dalam kegiatan belajar dan mengajar. Ayat-ayat yang menyebutkan kata tersebut adalah misalnya; QS. al-Haj 46; QS. al-Syuarā 192-194; dan QS. Muhammad 24. Dalam konteks itu, Dewam Rahardjo mengatakan bahwa mendengar, melihat, dan hati biasanya merupakan alat untuk memperoleh pengetahuan dan dapat dikembangkan melalui kegiatan pengajaran. Ketiga komponen ini adalah alat potensial yang manusia digunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Koneksi antara ketiga komponen tersebut adalah bahwa mendengar memiliki tugas mempertahankan pengetahuan yang telah ditemukan dari hasil belajar dan mengajar, visi memiliki tugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambahkan hasil penelitian dengan melakukan studi tentang itu. Hati memiliki tugas memurnikan pengetahuan tentang semua kualitas buruk. Yang terakhir ini terkait dengan teori belajar dan mengajar dalam aspek aqidah dan akhlak. 3. QS. Luqmān 17-19 Proses tentang pemantapan aqidah dan akhlak dalam belajar dan pembelajaran Firman Allah QS. al-Luqman 3117-19                              Terjemahnya " Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguh-nya seburuk-buruk suara ialah suara keledai." Pada QS. Luqmān 12-19 adalah Ayat tentang pendidikan. Dalam ayat 12-16 ia berbicara tentang mengajar dalam iman yang dimulai dengan mengajarkan keunikan Tuhan, kemudian dalam ayat 17 yang disebutkan di atas, ia berurusan dengan ajaran doa disertai anjuran untuk menyuruh Ahmad Mustafa, Tafsir al –Maraghi, jilid V Baerut Daar al-Fikr, tth, h. 118. Bandingkan dengan Muhammad Ali al-Shaibuni, Shafwa al-Tafasir; Tafsir al-Quran al-Karim, jilid II, Bairut Daar al-Fikr, 1996, h. 16 Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Alquran; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci Jakarta Paramadina, 1996, h. 540 Abd bin Nuh dkk, Kamus Indonesia- Arab dan Arab-Indonesia, JakartaBentara Antar Asia, 1991, h. 112 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 413 Education and Learning Journal ISSN xxxx - xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92 86 kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran. Dengan ayat-ayat tersebut, dipahami bahwa usaha yang pertama kali harus dilakukan dan diajarkan kepada peserta didik dalam proses pendidikan setelah masalah aqidah yang meliputi ibadah, adalah masalah akhlak, yakni sopan santun dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Luqman mengajar anaknya dengan bentuk nasihat. Ia berkata wahai anakku, janganlah engkau berkeras memalingkan pipimu yakni mukamu dari manusia siapun dia, dan bila engkau melangkah janganlah engkau angkuh, tetapi berjalanlah dengan lembut dan penuh wibawa. Bersikap sederhanalah dalam langkahmu, jangan tergesa-gesa. Lunakkanlah suara-mu sehingga tidak terdengar kasar seperti keledai, sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai karena awalnya siulan yang tidak menarik dan akhirnya terikan nafas yang buruk. Ayat 18 di atas, mengandung nilai-nilai pendidikan dalam aspek akhlak, yakni larangan bersikap sombong, karena kesombongan dan keangkuhan adalah salah satu sikap jelek yang dibenci Allah swt. Selanjutnya, pada ayat 19 adalah perintah untuk bersikap sederhana dalam berbicara dan bertindak, karena kesederhanaan adalah akhlak yang baik dan merupakan salah satu ciri orang yang beriman, sebagaimana Rasulullah saw., menjadi teladan utama dan paling mulia akhlaknya yang ditegaskan oleh Allah swt. dalam 33 21 dan 68. Tujuan pembentukan penanaman akidah dan pembentukan akhlak al-mahmūdah merupakan bagian yang sangat urgen dalam pendidikan Islam. berkaitan dengan ini, al-Saybani menyatakan antara lain bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah untuk membantu pembentukan akhlak yang itu, internalisasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam proses pembelajaran terutama dalam aspek akidah, ibadah, dan akhlak menjadi sesuatu hal yang mendasar dan sekaligus merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Sebenarnya, perintah untuk belajar dapat dilihat kembali dalam khitāb Allah swt., tentang perintah ber-iqra’ sebagaimana yang telah dikutip terdahulu, dan perintah untuk mengajar dapat pula dilihat kembali QS. al-Nahl 1678 yang juga telah dikutip. Sedangkan dalam praktiknya, dapat disimak kembali dalam QS. Luqmān 31 12-19 yang juga telah dikutip dalam uraian lalu. Pada hakikatnya, ayat-ayat tersebut berkenaan dengan kewajiban belajar dan pembelajaran melalui proses pendidikan. Petunjuk al-Qur’an Metode Belajar dan Pembalajaran Metode adalah  al-manhaj atau  al-wasalah, yakni sistem atau pendekatan serta sarana yang digunakan untuk mengantar kepada suatu tujuan.Tanpa metode, proses pembelajaran tidak akan dapat tercapai efektif dan efesien menuju ke tujuan pendidikan. Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalan proses pembelajaran sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh pendidik, akan berdaya guna dan berhasil guna apabila menggunakan metode yang tepat sehingga tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Kewajiban tentang belajar dan pembelajaran Firman Allah QS. al-Nahl 16125        Terjemahnya Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Lihat Umar Muhammad al-Taumiy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, Cet. I, Jakarta Bulan Bintang, 1979, h. 416 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Cet. V; Jakarta Bumi Aksara, 2000, h. 198 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 421 Education and Learning Journal ISSN xxxx - xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92 87 Khusus untuk QS. al-Nahl 16 125 di atas, adalah berkenaan dengan kewajiban belajar dan pembelajaran serta metodenya. Dalam ayat ini, Allah swt menyuruh dalam arti mewajibkan kepada Nabi Muhammad saw., dan umatnya untuk belajar dan mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang baik billatiy hiya ahsan. Dari ayat ini, sehingga dapat dikorelasikan dengan ayat-ayat lain yang mengandung interpretasi tentang metode belajar dan pembelajaran berdasarkan konsep qur’anī. Alquran sebagai kitab suci memiliki cara atau metode tersendiri untuk memperkenalkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Dalam alquran terdapat metode yang tepat, guna menghantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang Islami sebagaimana yang dicita-citakan. berkaitan dengan ini, maka akan dijelaskan metode-metode Alquran dalam belajar dan pembelajaran, sebagai berikut a. Metode dialog/diskusiMetode diskusi. itu dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan masalah yang membutuhkan beberapa alternatif jawaban yang bisa mendekati kebenaran dalam proses belajar dan pembelajaran. Metode ini, ketika digunakan dalam proses pembelajaran dan pembelajaran, akan dapat merangsang siswa untuk berpikir secara sistematis, kritis dan demokratis dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya dalam menyelesaikan sebuah masalah. Metode ini memberikan keleluasan dan keberanian kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya. Metode ini disebut pula metode Hiwār yang meliputi dialog khitabi dan ta’abbudi bertanya dan lalu menjawab; dialog deksriftif dan dialog naratif menggambarkan dan lalu mencermati; dialog argumentatif berdiskusi lalu mengemukakan alasan kuat; b. Metode kisah Metode kisah yakni cara mendidik dengan mengandalkan bahasa, baik lisan maupun tertulis dengan menyampaikan pesan message/informasi dari sumber pokok sejarah Islam, yakni Alquran dan Hadis. Salah Salah satu cara al-Qur’an menggunakan untuk membimbing orang siswa ke arah yang mereka inginkan adalah dengan menggunakan cerita cerita. Sebagai contoh, kisah-kisah para nabi yang disebutkan dalam Al-Qur'an untuk memberikan kekuatan psikologis kepada siswa, yang berarti bahwa dengan menceritakan kisah para nabi Nabi kepada siswa, mereka memiliki motivasi psikologis untuk membuat kisah para nabi uswah memberi contoh. c. Metode perumpamaan Metode ini, disebut pula metode amtsal. Artinya, cara mendidik dengan memberi amsal, sehingga konsepnya mudah dipahami. Perumpamaan yang diungkapkan oleh al-Qur’an memiliki tujuan dalam psikologi pendidikan, yang menunjukkan kedalaman dan ketinggian makna. Pengaruh pendidikan dari pepatah Al-Qur'an termasuk memfasilitasi pemahaman konsep, mempengaruhi emosi yang sesuai dengan konsep serupa, mampu menciptakan motivasi yang mendorong aspek emosional dan mental para peserta. d. Metode keteladanan Metode ini juga disebut metode "imitasi" dan merupakan metode pengajaran dan pengajaran oleh guru yang memberikan contoh yang baik bagi siswa. Dalam Al-Quran, kata khas ditampilkan dengan kata yang kemudian memberikan atribut di baliknya seperti perbuatan baik yang berarti contoh yang baik. The Ideal Way adalah metode pembelajaran oleh guru yang memberikan contoh yang baik bagi siswa untuk disimulasikan dan diimplementasikan. Kata diskusi berasal dari bahasa latin yaitu “discussus” berarti terpisah. Secara etimologi diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi, saling mempertahankan pendapat dalam memecahkan sebuah masalah tertentu. Lihat Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta Kalam Mulia, 1990, h. 127. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta Ciputat Pers, 2002, h. 160. Lihat pula QS. Yūsuf 12 3 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 77 Kata Uswah dalam Alquran dapat dilihat pada QS. Al-Mumthahanah 60 4-6, QS. Al-Ahzab 33 ; 21 Education and Learning Journal ISSN xxxx - xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92 88 e. Metode praktek dan pengulangan Metode ini, disebut pula metode praktek dan pengulangan yakni suatu metode pendidikan dan pembelajaran dengan cara pendidik memberikan ulangan. Misalnya latihan praktek shalat dan atau dalam bentuk final semester. Untuk menguasai suatu materi pendidikan secara praktis diperlukan latihan-latihan secara teratur dan berulang-ulang. Dengan latihan teratur, maka pengetahuan dan keterampilan tertentu tidak saja dapat dikuasai secara sempurna tetapi juga selalu siap untuk dipergunakan. f. Metode Ibrah dan Mau’izhah Metode ini, disebut pula metode nasehat. Ini adalah metode pembelajaran dengan cara yang memberikan motivasi bagi guru. Metode ibrah atau mau’idzah nasihat sangat efektif dalam membentuk iman, mempersiapkan pelajar moral, spiritual, dan sosial. Nasihat dapat membuka mata siswa terhadap sifat sesuatu, memotivasi mereka untuk menjadi mulia dan mulia dan memberi mereka prinsip-prinsip Islam. g. Metode Targhib dan Tarhib Istilah targīb dan Alquran Itu berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh dosa terhadap Allah dan para rasul-Nya. Oleh karena itu, dapat juga diartikan sebagai ancaman dari Tuhan dengan menyoroti salah satu karakteristik keagungan dan kekuatan ilahi sehingga siswa diingatkan untuk tidak membuat kesalahan. Metode ini telah digunakan oleh masyarakat secara luas, orang tua terhadap anaknya, pendidik terhadap peserta didik. Bahkan Alquran ketika menggambarkan surga dengan kenimatannya dan neraka dengan segala siksaanya menggunakan metode ini. Bukan berarti metode ini bertentangan di masa sekarang namun setiap metode haarus di sesuaikan dengan keadaan dan waktu pada umumnya. Media dan teknologi pembelajran a. Media Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang berarti harfiah, berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara  atau p eng anta r pesan dari pe ngiri m ke pad a penerima pesan. kata media merupakan jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar. Bahwasanya media merupakan wahana penyalur pesan informasi sepakat bahwa media adalah sarana penyambung untuk sampai kepada audients. Salah santu misal adalah Media audio visual yaitu media pengajaran dan media pendidikan yang mengaktifkan mata dan telinga peserta didik dalam waktu proses belajar mengajar media dibagi menjadi 3 yakni media audio, media visual dan media cetak. Para ahli menyatakan ini sebagai berikut Armai Arief, Pengantar Ilmu, h. 174 Nasehat adalah penjelasan kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta menunjukannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan mamfaat. Lihat Abdurrahman al- Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa asalbuha fi al-Bayt wa al-Madrasah wa al-Mujtama`, Damascus Daar al Fikr, 1979, hal. 184-264. Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Ciputat Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 196 Lihat QS. Al-Zalzalah 99 6-8 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Jakarta& Bumi Aksara, 2012 h. 113. Adib bisri & Munawwir A. Fatah, Kamus Al-Bisri Indonesia Arab –Arab Indonesia, Surabaya Pustaka Progresif, 1999 h. 208. Yusufhadi Miyarso, dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta Dajawali, 1986, h. 46. Aminuddin Rasyad dan. Darhim, Media Pengajaran, Direktorat Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 197, h. 10. Education and Learning Journal ISSN xxxx - xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92 89 Media audio terkait dengan indera pendengaran, pesan yang ingin disampaikan dituangkan ke dalam audio, simbol-simbol verbal dalam kata-kata / bahasa yang diucapkan dan visual yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat membaerikan pengalaman konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Hal Media merupakan salah satu alat dalam menyampaikan informasi dalam prosespembelajaran, dengan menggunakan media diharapkan tujuan dari pembelajaran akan lebih mudah tercapai sehingga apa yang sudah direncanakan sebelumnya akan tercapai. Menggunakan media dalam pembelajaran dipandang akan lebih mudah siswamemahami materi yang akan dipelajari sehingga efektif dan efisien pembelajaran pembelajaran al-Qur’an Hadits menggunakan media sangat memudahkan siswadalam memahami pelajaran itu apalagi mata pelajaran al-Qur’an Hadits pelajaran yangmendasar bagi ummat Islam dalam memahami isi kandungan ajaran-ajaran Islam itu. Jika kita menyimak ayat alquran yang berkaitan media belajar salah satunya adalah alam, sebagaimana firman Allah QS. Al-Anbiya’ 21 30-31           Terjemahnya Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman? Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu tidak goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan pula di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat pembelajaran al-Qur’an atau Hadits mengunakan media sudah barang tentu merupakan hal yang sangat penting sekali dalam memberikan sebuah penjelasan ataupengetahuan kepada peserta didik, dengan mengunakan media, siswa akan lebih mudah dengan demikian media adalah sarana atau penunjang kegiatan belajar mengajar yang dirancang manusia untuk kemudahan. Hal sesuai dengan isi surat al-Zumar 39 9, yang berbunyi            Terjemhnya apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. b. Teknologi Alat peraga itu mendorong siswa melalui pendengaran audio, penglihatan visual atau pada saat yang sama, waktu melalui pendengaran pemandangan itu secara bersamaan. Itu sebabnya untuk perangkat string, menggunakan alat bantu dengar atau yang biasa dikenal dengan Audio Visual Aids AVA. Umumnya, Audio Visual Aids terbuat dari dua 2 komponen yang kompatibel satu sama lain, tetapi berbeda satu sama lain yang disebut perangkat keras hardware dan perangkat lunak software.Sebelum munculnya proyektor LCD, ada OHP, alat bantu yang digunakan untuk media presentasi dengan keuntungan bisa melihat gambar besar. Seiring dengan perkembangan zaman, OHP telah berkembang menjadi proyektor LCD sebagai perangkat presentasi digital dengan S. Sadiman, R. Rahardjo, Hanung Haryono, Rahardjito, Media Pendidikan, Pustekom Dikbud, Jakarta, 1984,h. 49. Arif S. Sadiman, M. Sc, Hanung Haryono , h.. 6. Al-Qur’anSurat Al-Anbiya’ 30-31 Zakiyah Daradjat, dkk, Metode Pengajaran Agama Islam, Bandung Bumi Aksara, 1996,.h. 1 Sudjarwo S, Teknologi Pendidikan, Bandung Angkasa, 1996 , h. 2 Education and Learning Journal ISSN xxxx - xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92 90 keuntungan karena dapat menampilkan kualitas gambar yang sangat baik dan dapat digunakan pada berbagai media elektronik. Proyektor LCD saat ini semakin berkembang dengan berbagai teknologi yang tergabung di dalamnya. Teknologi Image Engine yang meliputi LCD, CRT, LDP dan LCOS, dengan kualitas gambar LCD terbaik. Kualitas gambar / kecerahan termasuk SVGA, XVGA, SXGA dan UXGA dengan SVGA berkualitas tinggi. Bright, ANSI LSI lebih tinggi, dengan ukuran ANSI LSI. Hubungan, termasuk VGA, RGB, RCA, S-Video, koneksi DVI, memengaruhi kualitas gambar. Ini semua adalah alat untuk mencapai transfer pengetahuan siswa. Belum belajar hasilnya. Berdasarkan konsep taksonomi blog, hasil belajar penelitian dalam tiga kategori domain kognitif, afektif, psikomotor. 3. Kesimpulan a. Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk mengandung tiga konsep pertama, bahwa Al-Qur’an itu adalah sebuah kitab yang berisikan petunjuk, pedoman atau pimpinan yang disebut hudan. Orang-orang yang berhasil mendapatkan instruksi ini disebut muhtadin. Al-Quran kedua tidak hanya panduan yang dapat dicetak menjadi satu atau dua kalimat, tetapi juga memberikan deskripsi atau gambar pedoman al-Qur'an al-Qur’an. Ketiga, pedoman ini adalah kriteria untuk mengukur semua pada saat yang sama, terutama untuk membedakan antara peretasan dan kebohongan. Oleh karena itu, Alquran dapat berfungsi sebagai panduan untuk interpretasi interpretasi sosial pendidikan. b. Metode Pendidikan dan pembelajaran itu bisa berfungsi sebagai hudan dalam al-Qur'an, melalui kisah atau sejarah, penemuan dan investigasi, Suri Toladan dan pemecahan masalah. Al-Qur'an itu benar masih banyak dan terdapat adanya bidang-bidang di mana pengetahuan manusia, seperti hal roh, hari pembalasan, dll terbatas. c. Jenis media dibagi menjadi 3 yakni media audio, media visual dan media cetak. Ini didefinisikan oleh para ahli sebagai media audio mengacu pada headphone, pesan ditransmisikan pada sinyal pendengaran, baik verbal / verbal dan non-verbal 2 Gambar, model, bahan dan alat visual multimedia lainnya Model yang dapat mempromosikan pembelajaran dan daya tarik dan pemeliharaan pembelajaran siswa. Education and Learning Journal ISSN xxxx - xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92 91 DAFTAR PUSTAKA al-Nahlawi, Abdurrahman, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa asalbuha fi al-Bayt wa al-Madrasah wa al-Mujtama`, Damascus Daar al Fikr, 1979. al-Syaibani Umar Muhammad al-Taumiy, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, Cet. I, Jakarta Bulan Bintang, 1979 Aly Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Ciputat Logos Wacana Ilmu, 1999. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta Ciputat Pers, 2002. Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Cet. V; Jakarta Bumi Aksara, 2000. Blink Guna Darma “LCD Proyektor” Bisri, Adib & Munawwir A. Fatah, Kamus Al-Bisri Indonesia Arab –Arab Indonesia, Surabaya Pustaka Progresif, 1999 Daradjat, Zakiyah, dkk, Metode Pengajaran Agama Islam, Bandung Bumi Aksara, 1996 , Ilmu Pendidikan Islam, Cet. III; Jakarta Bumi Akrasa kerjasama dengan Depag, 1996 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jakarta Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1992. Feisal, Jusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta Gema Insani Press, 1995. Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta Erlangga, 1990 Mardapi, Djemari, Teknik Penyusunan Instrumen Tes Dan Non Tes, Yogyakarta Mitra Cendikia Prss, 2008,h. 148 Miyarso, Yusufhadi, , dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta Dajawali, 1986 Mustafa, Ahmad, Tafsir al –Maraghi, jilid V Baerut Daar al-Fikr, tth Muhammad Ali al-Shaibuni, Shafwa al-Tafasir; Tafsir al-Quran al-Karim, jilid II, Bairut Daar al-Fikr, 1996. Nuh Abd bin dkk, Kamus Indonesia- Arab dan Arab-Indonesia, JakartaBentara Antar Asia, 1991 Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, Cet. II., Jakarta Paramadina, 2002. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta Kalam Mulia, 1990. Rasyad, Aminuddin dan. Darhim, Media Pengajaran, Direktorat Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1997 Sadiman, S.,R. Rahardjo, Hanung Haryono, Rahardjito, Media Pendidikan, Pustekom Dikbud, Jakarta, 1984. Education and Learning Journal ISSN xxxx - xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92 92 Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Qur’an al-Karim; Tafsir Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu, Bandung Pustaka Hidaya, 1997. Sudjarwo S, Teknologi Pendidikan, Bandung Angkasa, 1996 ... Dalam ayat tersebut Allah swt. menyuruh dalam arti mewajibkan kepada Nabi Muhammad SAW., dan umatnya untuk belajar dan mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang baik billatiy hiya ahsan Wakka, 2020. ...Siti AminahMukh NursikinThis research is a type of qualitative research with a descriptive method. Data is collected through documentation, observation and interviews. The data analysis technique researchers use is the flow model, which includes data reduction and conclusion. The subjects in this study are principals, teachers, and students, while the object of this study is the classroom teachers’ task to implement an independent curriculum. This study analyzes how the Islamic view relates to teachers’ tasks in implementing the Independent Curriculum. The results showed that SMP Negeri 3 Salatiga has implemented the Merdeka Curriculum in grade 7. In implementing the independent curriculum, teachers serve as facilitators and carry out learning based on the principles of independent learning. The duties of teachers and the principles of learning in the Merdeka Curriculum are in accordance with Islamic teachings and have been explained in the Qur'an and Rahma IsmiatunMesiono MesionoFachruddin AzmiQomaruddin LubisThis study aims to analyze the planning of Islamic basic education in the thematic studies of the Qur'an and hadith, this study is focused on the SD/MI level unit. This research uses a qualitative approach with a literature study method. The data of this research include studies of thematic interpretations, books and relevant scientific articles related to educational planning in QS. Al-Anfal verse 60 and QS. Al-Hasyr verse 18. The data sources were obtained from credible reference sources from the Google Scholar and Sinta pages. The results of this study conclude that the meaning of planning is interpreted as very important in QS. Al-Anfal 60 and QS. Al-Hasyr 18 as the first step in the whole process of life. Furthermore, planning also becomes an accurate “guiding compass” between the initial steps main capital and educational goals. Through this research, it is hoped that it will become a reference for relevant research related to rational and systematic analysis of the development of education based on the Qur' IsmailS SuhadiS SulistyowatiThis study aims to determine the strategies of tahfidz teachers in overcoming difficulties in memorizing the Qur'an. This research is a qualitative research with the subject of research at the Islamic boarding school Nidaul Quran Karangpandan Karanganyar. Collecting data using observation, interviews and documentation. Data analysis by means of data reduction, data display and data lever. The results of this study indicate that the characteristics of the students of the Nidaul Quran Islamic boarding school are the lack of religiosity from the family that can affect the ability of the memorization process. The teacher's step to overcome this problem is to use the talqin method and also the tikrar method, where students can then maintain and develop their memorization Nursyamsiah Hikmah MaulaniShofa Musthofa KhalidNowadays, character learning occupies an important position. There are many studies related to this and the Qur’āncan be a solution in the offer of language and character studies. This study aimed to reveal the way of conveying God stylistics to mankind contained in the Qur’ān. A qualitative approach was used with narrative inquiry. The data collection technique was done by analyzing the text of the document which was Al-Maidah verse 90 and 105, also An-Nisa verse 43, which was then analyzed for the data trustworthiness, consistency of research data, the possibility for generalization, neutrality, in a grounded theory research. The results of this study found 3 ways of conveying God to humans in the form of prohibitions or orders, the three appeals are as follows first, in conveying the order, it is carried out in stages; secondly, the substance conveyed in the message is chosen which is very essential and basic; third, the context chosen is adjusted to the understanding of the aspect. The way God calls His servants with different contexts and appeals can be analyzed so that it is finally adopted as a way of conveying moral messages and character in learning. The results of this study can add to the scientific treasures in character-based language HasanahSefta Dwi SetiaIsti FatonahMuch DeiniaturPenelitian ini berfokus pada bagaimana aplikasi metode sorogan dalam pembelajaran membaca makharijul huruf dan apakah ada peningkatan kemampuan membaca makharijul huruf setelah menggunakan Metode Sorogan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan PAR Participatory Action Research. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu Penerapan metode sorogan dilaksanakan dengan cara berkelompok dan peserta didik mengalami peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an melalui pengenalan makhorijul huruf melalui metode sorogan. Penelitian ini berdampak pada peningkatan kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an. Peserta didik belajar membaca Al-Qur’an dengan mudah melalui metode sorogan. Kata Kunci Hijaiyah, Makhorijul Huruf, Metode SoroganSyamsidar SyamsidarAbstrak Metode do'a dapat memupuk rasa optimis di dalam diri, serta menjauhkan rasa pesimis dan putus asa. Lebih dari itu semua, do'a mempunyai peranan penting dalam penciptaan kesehatan mental dan semangat hidup. Do'a mempunyai makna penyembuhan bagi stress dan gangguan kejiwaan. Doa juga mengandung manfaat untuk pencegahan terhadap terjadinya kegoncangan jiwa dan gangguan kejiwaan. Lebih dari itu, do'a mempunyai manfaat bagi pembinaan dan peningkatan semangat hidup. Atau dengan kata lain, do'a mempunyai fungsi kuratif, preventif dan konstruktif bagi kesehatan mental. Kata Kunci Doa; Metode Pengobatan; Psikoterapi kedua tidak hanya panduan yang dapat dicetak menjadi satu atau dua kalimat, tetapi juga memberikan deskripsi atau gambar pedoman al-Qur'an al-Qur'an. Ketiga, pedoman ini adalah kriteria untuk mengukur semua pada saat yang sama, terutama untuk membedakan antara peretasan dan kebohonganOrangOrang-orang yang berhasil mendapatkan instruksi ini disebut muhtadin. Al-Quran kedua tidak hanya panduan yang dapat dicetak menjadi satu atau dua kalimat, tetapi juga memberikan deskripsi atau gambar pedoman al-Qur'an al-Qur'an. Ketiga, pedoman ini adalah kriteria untuk mengukur semua pada saat yang sama, terutama untuk membedakan antara peretasan dan kebohongan. Oleh karena itu, Alquran dapat berfungsi sebagai panduan untuk interpretasi interpretasi sosial itu benar masih banyak dan terdapat adanya bidang-bidang di mana pengetahuan manusia, seperti hal roh, hari pembalasanAl-QurAl-Qur'an itu benar masih banyak dan terdapat adanya bidang-bidang di mana pengetahuan manusia, seperti hal roh, hari pembalasan, dll Aly HeryAly Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Ciputat Logos Wacana Ilmu, ArifinArifin, M., Ilmu Pendidikan Islam;Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang KehidupanElizabeth B HurlockHurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta Erlangga, 1990Teknik Penyusunan Instrumen Tes Dan Non TesDjemari MardapiMardapi, Djemari, Teknik Penyusunan Instrumen Tes Dan Non Tes, Yogyakarta Mitra Cendikia Prss, 2008,h. 148M RahardjoDawanRahardjo, Ensiklopedi Al-Qur'an tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, Cet. II., Jakarta Paramadina, Dan RasyadMedia DarhimPengajaranRasyad, Aminuddin dan. Darhim, Media Pengajaran, Direktorat Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1997S SadimanR RahardjoHanung HaryonoMedia RahardjitoPustekom PendidikanDikbudSadiman, S.,R. Rahardjo, Hanung Haryono, Rahardjito, Media Pendidikan, Pustekom Dikbud, Jakarta, 1984. Education and Learning Journal ISSN xxxx -xxxx Vol. 1, No. 1, Januari 2020, pp. 82-92alat bantu yang digunakan untuk media presentasi dengan keuntungan bisa melihat gambar besar. Seiring dengan perkembangan zaman, OHP telah berkembang menjadi proyektor LCD sebagai perangkat presentasi digital denganLcd Sebelum Munculnya ProyektorSebelum munculnya proyektor LCD, ada OHP, alat bantu yang digunakan untuk media presentasi dengan keuntungan bisa melihat gambar besar. Seiring dengan perkembangan zaman, OHP telah berkembang menjadi proyektor LCD sebagai perangkat presentasi digital dengan 25
Ayo110 Tanya Jawab Tentang Kurikulum Merdeka yang Perlu Seluruh Kepala Sekolah & Guru Ketahui Guru merujuk pada Capaian Pembelajaran (CP) untuk bermain- belajar karena sudah memadukan rujukan STPPA, standar isi, dan standar penilaian, sehingga guru dapat lebih mudah, praktis, dan semakin terarah dalam merancang kegiatan bermain-belajar
Tafsir Tarbawi Kewajiban Belajar Mengajar At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”[1] Dalam ayat ini, terdapat dua lafadz fi’il amr yang disertai lam amr, yakni supaya mereka memperdalam ilmu agama dan lafadz supaya mereka memberi peringatan, yang berarti kewajiban untuk belajar dan mengajar. Menurut Al Maraghi ayat tersebut member isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama wujub al tafaqqub fi al din serta menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah di dirikan serta mengajarkanya pada menusia berdasarkan kadar yang diperkirakann dapat memberikan kemaslahatan bagi mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang apada umumnya yang harus dikerahui oleh orang-orang yang beriman. Menyiapkan diri untuk memusatkan perhatian dalam mendalami ilmu agama dan maksud tersebut adalah termasuk kedalam perbuatan yang tergolong mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah, dan tidak kalah derajatnya dari orang-orang yang berjihat dengan harta dan dirinya dalam rangka meninggikan kalimat Allah, bahkan upaya tersebut kedudukanya lebih tnggi dari mereka yang keadaanya tidak sedang berhadapan dengan musuh.[2] Maka Inti dari ayat diatas adalah tidak sepatutnya seluruh kaum muslimin pergi berperang jihad, namun harus ada juga yang harus belajar dan mengajar. Sebab proses tarbiyah sangat penting bagi kukuhnya Islam. Dari berbagai uraian di atas dapat dipahami, bahwa mencari jihad itu tidak hanya berperang melawan musuh, tetapi mencari ilmu itu juga termasuk jihad. karena seandainya tidak ada orang yang mencari ilmu maka generasi muda Islam tidak akan tahu apa-apasoal ilmu. Dan perlu diketahui bahwa jihad yang paling besar adalah melawan hawa nafsu tidak melawan orang kafir. sebagaimana hadits Nabi SAW, yang berbunyi “Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar. Para sahabat bertanya, “Apa jihad besar itu?, Nabi SAW menjawab, “Jihaad al-qalbi jihad hati.’ Di dalam riwayat lain disebutkan jihaad al-nafs”. lihat Kanz al-Ummaal, juz 4/616; Hasyiyyah al-Baajuriy, juz 2/265. Referensi [1] Mushaf Wakaf, Al-Qur’an Terjemah, Jakarta Forum Pelayan Al-Qur’an, 2013, hal. 206. [2] Ahmad Mustafa al-Maraghi. Tafsir al-Maraghi jilid IV, Beirut Dar al-fikr, hal. 48. . 153 49 436 138 203 475 315 90

pertanyaan tentang kewajiban belajar mengajar